Kita tahu, kematian itu pasti akan menjemput kita dan akan datang setiap saat. Sayangnya, banyak orang yang lupa, sehingga menganggap dirinya akan hidup selamanya. Padahal, hidup ini hanya sekedar mampir.
Dari hari kehari, hitungan umur kita memang bertambah. Namun, sebetulnya, jatah hidup kita didunia ini semakin berkurang. Kita hanya punya sisa umur. Mudah-mudahan dengan
zikhrul maut (ingat mati), kita
bisa menyikapi detik demi detik dari sisa umur kita dengan benar, yaitu mengisinya dengan aktivitas ibadah dan perbuatan utama yang didasari oleh niat yang benar.
Zikhrul maut adalah salah satu upaya untuk menghidupkan hati kita. Dengan kata lain, orang-orang yang sangat jarang mengingat kematian, berpeluang hatinya mengeras karena akrab dengan kemaksiatan. Mengapa? Kita terlalu senang pada dunia ini. Padahal, dunia ini tidak seberapa, kita hanya mampir dan mau tidak mau kita pasti mati.
Apa perbedaan hati yang hidup dengan hati yang mati? Ibarat seekor ikan, ikan yang hidup, tubuhnya tidak akan terasa asin walaupun ia berenang dan menelan air laut, atau bahkan jika dilumuri garam. Lain halnya dengan ikan yang mati. Jika tubuhnya dilumuri garam maka ia akan terasa asin walaupun telah keluar dari dalam air laut.
Sama halnya dengan orang yang hatinya hidup. Walaupun kemaksiatan terjadi disekelilingnya bahkan dengan gencar menggoda dirinya, dia tidak akan larut dalam kemaksiatan itu karena hatinya hidup. Namun, kalau hatinya mati, sedikit saja godaan, dia mudah terkontaminasi oleh godaan tersebut.
Pernah mendengar tentang kisah para Mujahidin Afganistan atau Muhajidin Chechnya? Mereka sama sekali tidak gentar walaupun peluru berseliweran di dekat tubuh mereka bagaikan nyamuk. Mengapa ketakutan tidak ada dalam diri mereka? Mereka yakin bahwa setiap peluru itu ada alamatnya.
Segagah apapun orangnya, pasti dia akan mati. Seorang jenderal besar, konglomerat, dokter, bahkan seorang penggali kubur pun pada saatnya nanti dia akan mendapat giliran mengisi kuburan yang biasanya digalinya.
Kematian saudara atau teman kita seringkalai tidak membuat hati kita tergugah. Mengapa itu sampai terjadi? Padahal Rasulullah SAW pernah menegaskan bahwa orang yang paling cerdas itu bukanlah ornag yang encer otaknya, punya gelar, atau banyak ilmunya. Orang yang cerdas adalah orang yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling mempersiapkan diri untuk menyambut kematian. Oleh karena itu, dia akan selalu meluruskan niat dalam setiap ikhtiarnya. Dengan begitu, kapanpun Allah memanggilnya, dia akan selalu siap.
Luruskan niat kita dalam setiap langkah kaki kita. Kemana pun kita melangkah, pastikan niat kita benar. Niat kita pergi kekantor harus benar.
"Ya Allah, andaikan hari ini adalah hari kepulangan saya, maka jadikanlah semua aktivitas saya kebaikan."
Banyak jalan menuju maut. Kita tidak perlu takut dan was-was menjalani hidup ini. Namun, kita harus tetap berhati-hati dan selalu waspada. Jika saat kita belum tiba, kecelakaan sedahsyat apapun, tidak akan mematikan kita.
Pergi untuk berperang tidak menyebabkan umur kita pendek. Kita akan mendatangi tempat kematian kita. Maka, jangan risau tentang kematian. Namun, risaulah jika kita idak memiliki bekal yang cukup untuk menghadapi kematian. Lakukanlah aktivitas seperti biasanya. Setiap kali kita melakukan sesuatu, awalilah dengan
basmalah. Sebelum kita tidur, biasakanlah untuk berwudhu, layaknya wudhu untuk shalat, karena tidak ada jaminan besok pagi kita bisa bangun. Bisa jadi, disela-sela tidur, malaikat mau mencabut nyawa kita. Oleh karena itu, daripada kita ingat hutang, kesusahan, musuh, kekasih, dan lain sebagainya, lebih baik kta ingat kepada Allah SWT, dengan memperbanyak dzikir. Mudah-mudahan, kita mendapat
Khusnul Khatimah.
Kombinasi Amal Dunia dan Akhirat
Rasulullah yang mulia sudah mengatur tentang amal yang harus kita kerjakan di dunia ini, sebagai bekal untuk akhirat nanti,
"beramallah di dunia, seakan-akan kamu bakal hidup selamanya, dan berdoalah
untuk akhirat, seakan-akan kamu bakal mati besok."
Jadi, itulah kombinasi yang sempurna. Kita terus kerja keras mencari dunia, agar memiliki banyak bekal untuk "pulang". Semakin banyak rumah kita yang dipakai oleh orang yatim, atau digunakan untuk menampung orang-orang tunawisma, diwakafkan, dan digunakan untuk sarana ibadah di dunia ini, maka insya Allah, di akhirat nanti kita dapat menikmati buah dari amalan kita di dunia.
Dunia adalah sarana bagi kita untuk mencapai kemuliaan di akhirat nanti. Carilah dunia sebanyak-banyaknya untuk kita jadikan bekal akhirat. Jika kita menggunakan dunia ini untuk berhura-hura, maka di akhirat nanti kita tidak akan menikmati lezatnya nikmat Allah.
Menyikapi Rasa Takut pada Mati
Jika kita mempunyai rasa Cinta kepada Allah, maka kematian akan menjadi hal yang sangat dirindukan. Para Muhajidin merasa iri melihat teman-temannya telah syahid mendahului mereka.
Jika ada rasa takut dalam diri kita terhadap kematian, mungkin saja itu karena terlalu banyak dosa yang kita lakukan. Saat kita mengingat, semakin banyak dosa yang telah dilakukan, maka kita semakin merasa tidak siap menghadapi kematian. Akhirnya, kita takut jika kematian itu menjemput kita.
Kita tidak siap menghadapi kematian karena kita merasa bekal kebaikan kita belum cukup. Faktor penyebab ketakutan kita yang paling mungkin adalah, karena kita belum mengenal indahnya perjumpaan dengan Allah kelak. Semakin mantap
ma'arif kita kepada Allah, kerinduan kita semakin tinggi untuk bisa berjumpa dengan-Nya. Oleh sebab itu, berjuanglah dengan optimis, yakinlah bahwa suatu hari kelak, kita dipertemukan dengan bidadari yang Allah siapkan untuk orang-orang yang mempunyai bekal kebaikan di dunia.
Persiapan Menyambut Kematian
Hidup kita harus barakah. Kapan pun Allah mancabut nyawa kita, itu bukanlah sebuah masalah.
Marilah kita mencoba mempersiapkan kain kafan untuk kita sendiri. Atau, cobalah untuk menghiasi rumah kita dengan sesuatu hal yang dapat mengingatkan kita pada kematian.
Semakin sering mengingat mati, kita akan semakin merasa bahwa dunia ini bukanlah segala-galanya. Kita harus tetap kerja keras di dunia ini untuk bekal "pulang". Tidak perlu kita merasa takut berpisah dengan dunia ini karena kematian ini hanyalah perpisahan sementara. Dan, kita akan kekal di akhirat. Didunia hanya sekedar mampir sebentar.