Abu Iyasy Al-Qathan menuturkan bahwa ada seorang raja kaya raya. Ia mempunyai anak perempuan semata wayang. Karenanya sang raja sangat mencintainya. Ia memberinya berbagai jenis mainan. Demikian keadaan yang ia jalani dalam waktu lama.
Suatu malam seorang ahli ibadah terdengar sedang membaca Al-Qur'an dengan suara keras tepat pada ayat,
"Hai orang-orang yang beriman, periharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu," (At-Tihrim: 6). Puteri raja itu mendengarkan bacaannya, lalu memerintahkan kepada para abdi dalem agar ia berhenti membaca ayat itu. Namun sebaliknya, justru ahli ibadah mengulanginya. Puteri itu kemudian memasukkan tanganny kesaku lalu merobek pakaiannya. Para abdi dalem dibuatnya kebingungan, lalu berlari melaporkan apa yang terjadi kepada ayahnya. Peristiwa itu membuat ayahnya cemas, karena ia juga memperhatikan puterinya menangis semalam. Ketika ditanya mengapa menangis, puterinya balik bertanya, "Ayah, benarkah Allah menyediakan tempat yang didalamnya ada api dan baranya adalah manusia dan batu-batu?" Ayahnya menjawab: "Ya benar". Puterinya bertanya, "Kenapa engkau tidak memberitahukan hal itu padaku? Demi Allah, aku tidak akan makan, dan tidak akan tidur, hingga aku mengetahui apakah kelak aku berada di surga atau neraka."
Jadi, kita bisa mengambil hikmah dari cerita diatas..
"Jika kita ingin menyelamatkan keluarga kita, hendaknya kita selalu mengingatkan akan Surga dan Neraka. Jika memang kita ingin menyelamatkan keluarga kita. Karna nantinya kita tidak dapat menyelamatkan keluarga sendiri, untuk menyelamatkan diri sendiri saja kita tidak bisa, apalagi untuk menyelamatkan keluarga dan orang lain. Hanya saling mengingatkan satu sama lain yang harus dikerjakan agar kita dna keluarga bisa masuk Surga."