Shalahuddin Al-Ayyubi adalah seorang panglima perang Islam yang berasal dari Mesir, tetapi ada yang mengatakan dari Turki. Dia termasyur karena kehebatannya mengatur strategi perang, keberaniannya dalam melawan musuh dan kebaikan budi pekertinya. Dalam perang dia tidak menghalalkan segala cara. Dengan
musuh utamanya pun dia sangat mangasihi.
Suatu hari, Shalahuddin mendengar kabar dari seseorang mata-mata, bahwa panglima musuh sedang sakit parah. Bagi seorang yang ambisius meraih kemenangan perang, situasi seperti ini pasti simanfaatkan untuk segera menyerang dan menghancurkan lawan, karena jika seorang panglima perang sedang sakit tentu saja akan memperlemah mental pasukan.
Tapi, Shalahuddin adalah seorang panglima yang bijaksana dan kesatria, oleh karena itu dia tidak ingin menghancurkan musuhnya dikala panglimanya sedang terbujur sakit.
Peperangan yang membanggakan bagi dirinya jika kemenangan diperoleh dengan duel dengan lawan yang siap bertanding, bukan dengan musuh yang masih dalam kondisi sakit. Barangkali pasukannya menganggap Shalahuddin terlalu baik pada musuhnya.
Suatu malam Shalahuddin menyelinap ke daerah pertahanan lawan. Dengan mengendap-endap dia berhasil menyusup dalam kemah si panglima pasukan Salib,
Richard yang dijuluki 'Berhati Singa'. Ditatapnya musuhnya yang terbujur lemah itu. Dipandangnya lawan yang biasanya garang ketika bertempur, kini meluruh pucat pasi. Shalahuddin lalu mendekati Richard dipembaringan, hendak mengobati.
Betapa kagetnya sang panglima Salib. Ternyata ada orang asing dikemahnya. Dan yang membuatnya sangat terkejut adalah ternyata orang asing itu adalah Shalahuddin, musuh utamanya di medan perang, yang kedatangannya bukan untuk membunuh tetapi mengobatinya.
Sungguh luar biasa, pikir sang panglima Salib. Seorang panglima muslim yang menjadi musuhnya, kini dengan rasa kasih sayang beada didekatnya untuk mengobati penyakitnya. Singkat cerita, ternyata tidak berselang terlalu lama penyakit Richard sembuh.
Pada masa selanjutnya, ketika Shalahuddin meninggal dunia, bukan saja kaum muslimin yang merasa kehilangan, tetapi para panglima perang musuh juga ikut berduka. Duka akibat ditinggal oleh musuh yang bijaksana, yang berperang dengan selalu mengasihi sesama sekalipun itu musuhnya.
Apa hikmah yang dapat kita petik dari kisah diatas?
"Sebagai seorang muslim sejati, Shalahuddin benar-benar telah menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim, yakni menebarkan kasih sayang, meskipun terhadap musuhnya. Karena Islam tiada lain hadir sebagai
Rahmatan lil 'alamin (Rahmat bagi Seluruh Alam
). Maka sebagai seorang muslim yang sejati hendaknya senantiasa menebarka kasih sayang kepada sesama".